TEKNOLOGI

Pada pertengahan abad ke-20, manusia telah mencapai kecukupan teknologi untuk kali pertama meninggalkan atmosfer Bumi dan menjelajahi ruang angkasa. Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan, dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Penemuan prasejarah tentang kemampuan mengendalikan api telah menaikkan ketersediaan sumber-sumber pangan, sedangkan penciptaan roda telah membantu manusia dalam beperjalanan, dan mengendalikan lingkungan mereka. Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak, telepon, dan Internet, telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global. Tetapi, tidak semua teknologi digunakan untuk tujuan damai; pengembangan senjata penghancur yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang sejarah, dari pentungan sampai senjata nuklir. Teknologi telah memengaruhi masyarakat dan sekelilingnya dalam banyak cara. Di banyak kelompok masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini) dan telah memungkinkan bertambahnya kaum senggang. Banyak proses teknologi menghasilkan produk sampingan yang tidak dikehendaki, yang disebut pencemar, dan menguras sumber daya alam, merugikan, dan merusak Bumi dan lingkungannya. Berbagai macam penerapan teknologi telah memengaruhi nilai suatu masyarakat, dan teknologi baru seringkali mencuatkan pertanyaan-pertanyaan etika baru. Sebagai contoh, meluasnya gagasan tentang efisiensi dalam konteks produktivitas manusia, suatu istilah yang pada awalnynya hanya menyangku permesinan, contoh lainnya adalah tantangan norma-norma tradisional. bahwa keadaan ini membahayakan lingkungan, dan mengucilkan manusia; penyokong paham-paham seperti transhumanisme dan tekno-progresivisme memandang proses teknologi yang berkelanjutan sebagai hal yang menguntungkan bagi masyarakat, dan kondisi manusia. Tentu saja, paling sedikit hingga saat ini, diyakini bahwa pengembangan teknologi hanya terbatas bagi umat manusia, tetapi kajian-kajian ilmiah terbaru mengisyaratkan bahwa primata lainnya, dan komunitas lumba-lumba tertentu telah mengembangkan alat-alat sederhana, dan belajar untuk mewariskan pengetahuan mereka kepada keturunan mereka.

Wednesday 27 January 2016

MIKROSKOP CAHAYA

ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB 

SELAMAT PAGI SAHABAT, SAYA MAU BERBAGI ILMU DENGAN SAHABAT SEMUA.Saya akan menjelaskan Pengertian Mikroskop, fungsi Mikroskop, bagian-bagian Mikroskop, dan cara kerja Mikroskop. Semuanya telah terlampir dibawah ini :

PENGERTIAN MIKROSKOP
Mikroskop adalah alat bantu yang digunakan untuk melihat dan mengamati benda-benda yang berukuran sangat kecil yang tidak mampu dilihat dengan mata telanjang. Kata Mikroskop berasal dari bahasa latin, yaitu “mikro” yang berarti kecil dan kata “scopein” yang berarti melihat. Benda kecil dilihat dengan cara memperbesar ukuran bayangan benda tersebut hinga berkali-kali lipat. Bayangan benda dapat dibesarkan 40 kali, 100 kali, 400 kali, bahkan 1000 kali, dan perbesaran yang mampu dijangkau semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi . 
 
 FUNGSI MIKROSKOP
Mikroskop memiliki fungsi sebagai berikut :
  • Fungsi utamanya adalah untuk melihat dan mengamati objek dengan ukuran sangat kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang
  • Fungsi lainnya dari mikroskop tetap akan berakar pada fugsi utamanya, bedanya beberapa jenis mikroskop dibuat untuk fungsi yang lebih detail, contohnya ada jenis mikroskop yang dibuat hanya untuk mengamati satu jenis objek mikroskopis saja
BAGIAN BAGIAN MIKROSKOP 

 


Bagian-Bagian Optik
  • Lensa Okuler, yaitu lensa yang terdapat di bagian ujung atas tabung pada gambar, pengamat melihat objek melalui lensa ini. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar kembali bayangan dari lensa objektif. Lensa okuler biasanya memiliki perbesaran 6, 10, atau 12 kali.
  • Lensa Objektif, yaitu lensa yang dekat dengan objek. Biasanya terdapat 3 lensa objektif pada mikroskop, yaitu dengan perbesaran 10, 40, atau 100 kali. Saat menggunakan lensa objektif pengamat harus mengoleskan minyak emersi ke bagian objek, minyak emersi ini berfungsi sebagai pelumas dan untuk memperjelas bayangan benda, karena saat perbesaran 100 kali, letak lensa dengan objek yang diamati sangat dekat, bahkan kadang bersentuhan.
  • Kondensor, yaitu bagian yang dapat diputar naik turun yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang dipantulkan oleh cermin dan memusatkannya ke objek.
  • Diafragma, yaitu bagian yang berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk dan mengenai preparat.
  • Cermin, yaitu bagian yang berfungsi untuk menerima dan mengarahkan cahaya yang diterima. Cermin mengarahkan cahaya dengan cara memantulkan cahaya tersebut.


Bagian-Bagian Mekanik (Non-Optik)
  • Revolver, yaitu bagian yang berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif yang diinginkan.
  • Tabung Mikroskop, yaitu bagian yang berfungsi untuk menghubungkan lensa objekti dan lensa okuler mikroskop.
  • Lengan Mikroskop, yaitu bagian yang berfungsi untuk tempat pengamat memegang mikroskop.
  • Meja Benda, yaitu bagian yang berfungsi untuk tempat menempatkan objek yang akan diamati, pada meja benda terdapat penjepit objek, yang menjaga objek tetap ditempat yang diinginkan.
  • Makrometer (pemutar kasar), yaitu bagian yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan tabung secara cepat untuk pengaturan mendapatkan kejelasan dari gambaran objek yang diinginkan.
  • Mikrometer (pemutar halus), yaitu bagian yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan tabung secara lambat untuk pengaturan mendapatkan kejelasan dari gambaran objek yang diinginkan. 
  • Sendi Iklinasi, yaitu bagian yang berfungsi untuk mengencangkan pada kaki  Mikroskop.
  • Kaki Mikroskop, yaitu bagian yang berfungsi sebagai penyagga yang menjaga mikroskop tetap pada tempat yang diinginkan, dan juga untuk tempat memegang mikroskop saat mikroskop hendak dipindahkan.                                                  

TEST PEN

  1. Pengertian :
  Tespen ialah alat yang di gunakan untuk mengecek atau mengetahui ada tidaknya suatu tegangan listrik. Rangkaian Tespen berbentuk obeng yang mempunyai mata minus (-) berukuran kecil pada bagian ujungnya. Tespen juga memiliki jepitan seperti pulpen sebelumnya dan di dalamnya terdapat led yang mampu menyala sebagai indikator tegangan listrik.
 
Alat mungil yang bernama test pen ini merupakan perangkat kerja yang sangat dibutuhkan oleh para teknik listrik. meski alat mungil dan terkesan seperti pena ini fungsinya sangat bermanfaat sekali. tidak jarang kita temui setiap teknik listrik membawanya baik dibawa didalam tas atau juga disakunya, namun apakah anda tahu fungsi sebenarnya alat mungil yang bernama test pen ini.
 2. Kegunaan/Fungsi :
 
Fungsi Tespen yaitu untuk mengetahui ada tidaknya tegangan listrik pada suatu benda, mesin dan sebuah rangakain listrik ada daya listrik atau tidak, fungsi lainnya yaitu untuk membuka skrub dari komponen alat listrik.
Pada umumnya test pen digunakan untuk mengecek daya listrik yang mengalir ke instalasi walaupun bisa juga untuk mengecek arus listrik menggunakkan multi meter namun test pen ini lebih mudah dan praktis. alat ini akan menyala kalau arus yang kita test bermuatan arus positif, namun sebaliknya kalau daya yang kita test bermuatan arus negatif maka alat ini tidak akan menyala.

Cara kerja Test Pen, Fungsi dan Jenisnya

3. Cara menggunakan Test Pen

Mungkin dari semua teknik listrik ataupun masyarakat umumnya sudah tahu cara menggunakan alat ini namun tidak ada salahnya kalau saya jelas agar penggunaannya aman dari sengatan listrik berikut ini yang harus anda lakukan, sebagai contoh kita cek arus listrik di stop kontak:
1. untuk menggunakan test pen silahkan pegang test pen sedemikian rupa.

2. ujung test pen dimasukkan dalam lubang stop kontan sedangkan jari telunjuk silahkan tempelkan pada pangkal test pen.

3.Jika test pen menyala berarti arus positif jika tidak nyala berarti arus negatif.
Begitu simple dan praktis, yang menjadi pertanyaannya kenapa arus positif bisa nyala sedangkan arus negatif saja tidak ada celah dari mana sebenarnya? 
 
Silahkan lihat lagi pangkal dari test pen. kalau anda melihatnya ada karbon yang berwarna hitam. nah karbon itulah yang menjadikan tubuh kita menjadikan arus negatif. jadi setiap kita cek arus listrik yang bermuatan negatif secara otomatis jari telunjuk anda menjadi arus negatif. sudah paham ya?????

Jenis-Jenis Test Pen

Rupanya test pen juga mempunyai jenis-jenis bentuk dan juga cara memakainya. namun prinsip dasarnya sama yaitu untuk mengetahui arus listrik. yang pertama test pen yang berbentuk obeng yang dipakai pada umumnya. yang kedua test pen yang dihasilkan dari induksi atau reaksi dari arus positif listrik namun kadang-kadang juga dimanfaatkan untuk mengetahui arus negatif, namun test pen yang mamakai induksi listrik ini memakai baterai. bentuknya seperti gambar dibawah ini:
Cara kerja Test Pen, Fungsi dan Jenisnya-blog kang miftah
Nah sekarang anda sudah tahu apakah test pen, fungsi dari test pen dan jenis test pen. silahkan gunakan test pen ini jika memang anda butuhkan namun satu hal yang harus anda perhatikan jauhkan test pen ini dari jangkauan anak-anak.
 
 4. Tingkat Ketelitian :
Biasanya Tespen dapat digunakan untuk tegangan listrik 80 Volt sampai 500 Volt.


5. Cara Membaca Skala dan Hasil : a. Pegang test pen dengan ujung-ujung jari. b. Tempelkan ujung bagian bawah test pen (tempat sumber) dengan penghantar yang akan diuji. c. Setelah itu tempelkan jari ke bagian atas test pen. d. Pada saat LED/bohlam pada test pen menyala, disitulah terdapat aliran arus listrik yang positif.

6. Bagian-bagian : a. Ujung/mata tespen berfungsi sebagai bidang sentuh benda yang bertegangan listrik. b. Batang karbon berfungsi untuk mengahambat sebagian arus listrik. c. Lampu LED/bohlam berfungsi sebagai indicator. d. Pegas untuk memberikan tekanan pada karbon dan lampu terhadap pangkal tespen. e. Pangkal tespen terbuat dari logam sebagai ujung sentuh terhadap jari. f. Gagang tespen terbuat dari bahan transparan yang digunakan agar lampu LED/bohlam yang ada pada test pen terlihat nyalanya.

7. Cara Kalibrasi :
Cara Mengklibrasi test pen sudah terkalibrasi secara otomatis.


8. Nama Lain :
Obeng Test Pen.


9. Jenis-jenis :
  • Tespen biasa (Berbentuk Obeng dengan menggunakan lampu LED).
  • Testpen Digital yaitu Sejenis test pen untuk mengukur tegangan listrik baik ac-dc (12v-220v) disertai lcd display sehingga kita mengetahui seberapa besar tegangan yang keluar dari sebuah alat elektronik, colokan listrik, dan sebagainya.

10. Cara Merawat :
  • Simpan tespen pada tempat yang aman.
  • Bersihkan tespen dengan kain kering.  Jaga tespen jangan sampai basah.
  • Simpan tespen ditempat yang kering. Usahakan jangan terkena sinar matahari secara langsung.

11. Skala utama/Skala nonius :
Umumnya tespen dapat digunakan untuk tegangan listrik 80 Volt sampai 500 Volt.

Saturday 16 January 2016

VSWR METER




VSWR (Volt Standing Wave Ratio) pada Transmisi Daya RF
T6VSWR (Volt Standing Wave Ratio) pada Saluran Transmisi Daya RF. Bila impedansi beban tidak sesuai dengan impedansi saluran transmisi, maka sebagian dari energi gelombang yang datang pada beban akan dipantulkan. Hal tersebut menimbulkan suatu gelombang pantulan yang berjalan kembali di sepanjang saluran transmini ke arah sumbernya.
Begitu juga apabila impedansi sumber tidak sesuai dengan impedansi saluran, maka pantulan selanjutnya dari gelombang yang sebelumnya terpantul dari beban akan terjadi. Dengan demikian pantulan-pantulan majemuk dapat ditimbulkan baik pada beban maupun pada sumber gelombang.
Efek keseluruhan dari peristiwa tersebut dapat diperlakukan sebagai resultan dari suatu gelombang datang dan gelombang pantulan tunggal. Gelombang-gelombang tersebut bila dilihat dari posisinya merupakan tegangan diam (untuk frekuensi dan sinyal masukan tetap) dan karena itulah disebut dengan Gelombang Berdiri Tegangan (Voltage Standing Wave = VSW).
Pada setiap gelombang berdiri tegangan akan terjadi juga arus karena yang disalurkan dari sumber menuju beban melalui saluran transmisi pada prinsipnya adalah daya RF. Dengan demikian apabila impedansi saluran transmisi tidak sesuai dengan impedansi beban maka akan timbul pantulan daya (Reflected Power) pada saluran transmisi. Pantulan daya ini selanjutnya akan berinterferensi dengan daya yang menuju beban (Forward Power) atau daya maju dan menghasilkan gelombang tegangan berdiri seperti gambar (Voltage Standing Wave) di atas.
Pantulan Daya (Reflected Power) ini pada nilai-nilai yang ekstrim (VSWR >2,0) merupakan kondisi yang dianggap berbahaya dan selalu dihindari karena akan berpengaruh langsung pada penambahan Desipasi Daya pada Komponen Utama pada Penguat Akhir RF dan berpotensi merusaknya.
Selanjutnya Perbandingan Gelombang Berdiri Tegangan (Voltage Standing Wave Ratio = VSWR) sesuai gambar di atas dapat didefinisikan sebagai
 
Tegangan maju adalah tegangan berasal dari sumber (transmitter) menuju beban (antenna) sedangkan tegangan mundur adalah tegangan pantul dari beban (antenna).
Untuk nilai-nilai yang berhubungan dengan Impedansi Beban dan Impedansi Saluran Transmisi, nilai VSWR adalah :
Misal, diketahui Impedansi Beban (antenna) adalah 75 Ohm dan Impedansi Saluran Transmisi 50 Ohm, maka nilai VSWR :
Koefisien Pantulan Tegangan pada Beban
Koefisien Pantulan Tegangan pada Beban dapat didefinisikan sebagai Perbandingan Tegangan Pantulan terhadap Tegangan Datang yang terjadi pada Beban atau Perbandingan Arus Pantulan terhadap Arus yang Datang pada Beban.
Dengan mengetahui nilai VSWR, dapat juga diketahui koefisien pantulan tegangan pada beban :
Pada saluran transmisi, gelombang arus datang akan selalu sefasa dengan gelombang tegangan datang. Sedangkan gelombang arus pantulan akan selalu berlawanan fasa dengan gelombang tegangan pantulan. Hal ini terjadi karena salah satu dari medan listrik atau medan magnet dari gelombang harus berbalik arah. Dengan demikian maka maksimal arus selalu berpasangan dengan minimal tegangan dan maksimal tegangan selalu berpasangan dengan minimal arus. Berikut ini kondisi RF pada saluran transmisi untuk berbagai kondisi Impedansi Beban terhadap Impedansi Saluran Transmisi :
Dari persamaan-persamaan di atas, ini berarti bahwa VSWR dapat mempunyai nilai satu sampai tak berhingga ;
 
Yang perlu diperhatikan bahwa VSWR adalah selalu suatu bilangan nyata –> yaitu bilangan yang tidak mempunyai bagian khayal. Nilai VSWR yang ideal seharusnya adalah satu, karena ini merepresentasikan suatu keadaan yang disesuaikan (matched), dan pengaturan-pengaturan praktis pada saluran transmisi RF yang sering ditujukan untuk membuat VSWR yang minimum. Apabila Nilai VSWR sama dengan satu atau sangat mendekati satu dapat terpenuhi, maka suatu sistem transmisi daya RF dapat dianggap telah memenuhi persyaratan Optimalisasi dan Efisiensi Transmisi Daya RF.


SWR Meter
Standing Wave Ratio
Standing wave ratio disingkat SWR kadang-kadang disingkat dengan nama VSWR (Voltage Standing Wave Ratio). Bila impedansi saluran transmisi tidak sesuai dengan transceiver maka akan timbul daya refleksi (reflected power) pada saluran yang berinterferensi dengan daya maju (forward power). Interferensi ini menghasilkan gelombang berdiri (standing wave) yang besarnya tergantung pada besarnya daya refleksi.
VSWR didefinisikan sebagai perbandingan tegangan maksimum dan tegangan minimum gelombang berdiri pada saluran transmisi :
VSWR =http://www.elektroindonesia.com/elektro/ie02e1.gif
Daftar Komponen
D1,D2 = 1N34, 1N60 (dioda germanium)
C1,C2 = 0,001 uF keramik
VR1 = 100 ohm trimpot
VR2 = 50 Kohm potensio
C3 = 0,001 uF
J1,J2 = konektor , PL259
M1 = 0 – 1 mA linear
S1 = single pole, toggle switch
L = kabel koaxial RG 58 A/U panjang 9,5cm
Konstruksi
SWR dapat dinyatakan sebagai berikut :
http://www.elektroindonesia.com/elektro/ie02e2.gif
 Vf adalah  tegangan maju ke antena (forward)
 Vr adalah  tegangan pantul dari antena (reflected)
Rangkaian SWR meter dapat dilihat pada gambar 1.
Konstruksi cukup sederhana, tetapi dapat diandalkan dan dapat dibuat dengan komponen yang banyak terdapat di pasaran. Komponen utamanya adalah kabel koaxial yang sesuai dengan saluran transmisi (RG 58 A/U, impedansi 50 ohm).
Potonglah kabel koaxial sepanjang 3,75 inch (2,54 % 3,75 = 9,5 cm) lalu ujungnya dikupas sepanjang 1/8 inch. Tepat di tengah-tengah, koaxial dikerat dengan pisau yang tajam atau cutter. Kupaslah konduktor luar yang berupa anyaman. Lalu isolator dikerat sehingga koduktor dalam terlihat. Kemudian solderkan konduktor dalam dengan 100 ohm trimpot melalui sepotong kawat kecil. Tahanan ini nantinya diatur sehingga sama dengan impedansi saluran. Jagalah agar konduktor dalam dan luar tidak terhubung singkat (diisolasi dengan cellotape). Selanjutnya ujung-ujung koaxial bagian luar disolder pada bagian tengah kedua konektor.
Salah satu komponen yang kritis adalah meter. Untuk ini dipakai 0 – 1 mA linier, tetapi skalanya dikalibrasikan terhadap skala SWR. Letak variabel resistor trimpot harus di tengah-tengah koaxial. Ini menentukan kesetimbangan titik nol.
Tegangan maju yang berupa titik imbas disearahkan oleh D1 dan melalui Low Pass Filter C1 yang kemudian dideteksi M1. Sedangkan tegangan pantul akan melalui D2 dan C2. Berilah tanda FWD dan REF pada saklar S1, ANT, dan TX pada konektor yang sesuai.
Kalibrasi
  1. Hubungan SWR meter diantara TX dan antena atau dummy load pada konektor yang sesuai (TX ke pesawat, ANT ke antena).
  2. Letakkan saklar S1 pada posisi FWD. Hidupkan pesawat TX. Jarum akan menunjuk ke suatu angka. Aturlah VR2 sehingga jarum mencapai skala maksimum.
  3. Ubah saklar pada REF. Jarum akan menunjuk ke suatu angka (misal 1,5).
  4. Balikkan posisi SWR meter. TX ke antena dan pesawat ke ANT. Ulangi prosedur 2 dan 3. Jarum harus menunjuk angka yang sama (misal 1,5).
  5. Bila prosedur 4 tidak tercapai putar trimpot VR1. Bila hal ini tidak menolong berarti VR1 sedikit ke kiri atau ke kanan.
  6. Ulangi prosedur 1 sampai 5 berulang-ulang sampai penunjukan meter sama.
Pengukuran SWR
Kadang-kadang SWR meter tidak menunjukkan harga standing wave ratio yang sebenarnya, terutama bila SWR jauh dari 1 : 1. Ini akibat rugi-rugi pada saluran transmisi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.
SWR meter diletakkan dekat pemancar. Misalkan tegangan maksimum yang keluar dari TX adalah 10 volt. Karena rugi-rugi saluran, tegangan yang sampai di antena adalah 9 volt. Tegangan pantul dari antena 3 volt. Tegangan ini disalurkan ke TX yang juga mengalami redaman. Sampai di TX tinggal 2,7 volt. SWR yang terbaca :
http://www.elektroindonesia.com/elektro/ie02e3.gif
http://www.elektroindonesia.com/elektro/ie02e4.gif
Namun bila SWR diletakkan di dekat antena, SWR yang terbaca adalah :
http://www.elektroindonesia.com/elektro/ie02e5.gif
Ternyata kedua pengukuran berbeda. Hasil yang benar adalah 1 : 2,0. Jadi bila SWR meter diletakkan dekat TX SWR yang sesungguhnya lebih besar daripada yang terukur. Kesalahan akan bertambah besar bila saluran transmisinya panjang. Dalam praktek cara pertama boleh dipakai bila SWR menunjukkan rendah (SWR 1 : 1,1) karena penambahannya sedikit. Tetapi bila penunjukan 1 : 1,0 atau lebih segeralah pindahkan SWR meter ke dekat antena agar penunjukannya tidak terlalu banyak meleset. Apalagi bila koaxialnya panjang sekali (20 meter atau lebih) atur kembali matching antena anda. Selamat bereksperimen.
http://www.elektroindonesia.com/elektro/ie02e6.gif
Gambar 1
 
Gambar 2
http://www.elektroindonesia.com/elektro/ie02e7.gif
Cara Menggunakan SWR Meter
1. Atus posisi potensiometer forward dan reverse pada posisi maksimum.
2. Pasang antenna anda pada jack yang disediakan.
3. Pasang Transmitter dengan power secukupnya untuk membuat jarum forward mendefleksi secara penuh (5 Watt sudah cukup), dengan modulasi AM, FM atau CW.
4. Amati defleksi pada jarum reverse. Secara kasar korelasi antara jarum forward dan reverse dengan SWR adalah sebagai berikut:
SWR Tabel
SWR Tabel

5. SWR meter ini aman digunakan untuk QSO walaupun tetap terpasang pada saluran transmisi, namun ada RF power yang hilang beberapa dB dalam rangkaian directional coupler dan loss connector, namun kita dapat terus mengamati SWR kita sambil QSO.
6. Pastikan SWR < 2, untuk keamanan pesawat anda, daya pancar yang tidak optimum, kemungkinan interferensi, dll.

Tuesday 26 November 2013

Osiloskop



BAB II
A. Bagian-Bagian Osiloskop Beserta Fungsinya
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCJBiEZ9bSiUp-i84IfLBxBKO7cYKKdBk4AVcaVH_WGKAqIA7ao9-QylaVclRQGztx9vQaIRL0e13chKPi8ddb87-tWsMBCJFas9jdalvEO3vjRl_LzvJyG78ptd7-7YU94z4pAFdz7a77/s320/Untitled.jpg
 Fungsi masing-masing bagian yaitu;
No
Bagian-Bagian Osiloskop
Fungsi
1
Volt atau div
Ø  Untuk mengeluarkan tegangan AC, mengatur berapa nilai tegangan yang diwakili oleh satu div di layar
2
CH1 (Input X)
Ø  Untuk memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau pembacaan posisi horizontal,
Ø  Terminal masukan pada saat pengukuran pada CH 1 juga digunakan untuk kalibrasi.
Ø  Jika signal yang diukur menggunakan CH 1, maka posisi switch pada CH 1 dan berkas yang nampak pada layar hanya ada satu.
3
AC-DC
Ø  Untuk memilih besaran yang diukur,
Ø  Mengatur fungsi kapasitor kopling di terminal masukan osiloskop. Jika tombol pada posisi AC maka pada terminal masukan diberi kapasitor kopling sehingga hanya melewatkan komponen AC dari sinyal masukan. Namun jika tombol diletakkan pada posisi DC maka sinyal akan terukur dengan komponen DC-nya dikutsertakan.
Ø  Posisi AC = Untuk megukur AC, objek ukur DC tidak bisa diukur melalui posisi ini, karena signal DC akan terblokir oleh kapasitor.
Ø  Posisi DC = Untuk mengukur tegangan DC dan masukan-masukan yang lain.
4
Ground
Ø  Untuk memilih besaran yang diukur.
Ø  Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layar.
5
Posisi Y
Ø  Untuk mengatur posisi garis atau tampilan dilayar atas bawah.
Ø  Untuk menyeimbangkan DC vertical guna pemakaian channel 1 atau (Y).
Ø  Penyetelan dilakukan sampai posisi gambar diam pada saat variabel diputar.
6
Variabel
Ø  Untuk kalibrasi osiloskop.
7
Selektor pilih
Ø  Untuk memilih Chanel yang diperlukan untuk pengukuran.
8
Layar
Ø  Menampilkan bentuk gelombang
9
Inten
Ø  Mengatur cerah atau tidaknya sinar pada layar Osiloskop. Diputar ke kiri untuk memperlemah sinar dan diputar ke kanan untuk memperterang.
10
Rotatin
Ø  Mengatur posisi garis pada layar,
Ø  Mengatur kemiringan garis sumbu Y=0 di layar
11
Fokus
Ø  Menajamkan garis pada layer untuk mendapatkan gambar yang lebih jelas, digunakan untuk mengatur fokus
12
Position X
Ø  Mengatur posisi garis atau tampilan kiri dan kanan. untuk mengatur posisi normal sumbu X (ketika sinyal masukannya nol)
Ø  Untuk menyetel kekiri dan kekanan berkas gambar (posisi arah horizontal) Switch pelipat sweep dengan menarik knop, bentuk gelombang dilipatkan 5 kali lipat kearah kiri dan kearah kanan usahakan cahaya seruncing mungkin.
13
Sweep time/div
Ø  Digunakan untuk mengatur waktu periode (T) dan Frekwensi (f), mengatur berapa nilai waktu yang diwakili oleh satu div di layar
Ø  Sakelar putar untuk memilih besarnya tegangan per cm (volt/div) pada layar CRT, ada II tingkat besaran tegangan yang tersedia dari 0,01 v/div s.d 20V/div
Ø  Yaitu untuk memilih skala besaran waktu dari suatu priode atau pun square trap Cm (div) sekitar 19 tingkat besaran yang tersedia terdiri dari 0,5 s/d 0,5 second.pengoperasian X-Y didapatkan dengan memutar penuh kearah jarum jam. Perpindahan Chop-ALT-TVV-TVH. secara otomatis dari sini. Pembacaan kalibrasi sweep time/div juga dari sini dengan cara variabel diputar penuh se arah jarum jam.
14
Mode
Ø  Untuk memilih mode yang ada
15
Variabel
Ø  Untuk kalibrasi waktu periode dan frekwensi.
Ø  Untuk mengontrol sensitifitas arah vertical pada CH 1 (Y) pada putaran maksimal ke arah jarum jam (CAL) gunanya untuk mengkalibrasi mengecek apakah Tegangan 1 volt tepat 1 cm pada skala layar CRT.
Ø  Digunakan untuk menyetel sweeptime pada posisi putaran maksimum arah jarum jam. (CAL) tiap tingkat dari 19 posisi dalam keadaan terkalibrasi . 
16
Level
Ø  Menghentikan gerak tampilan layar.
17
Exi Trigger
Ø  Untuk trigger dari luar.
18
Power
Ø  Untuk menghidupkan Osiloskop.
19
Cal 0,5 Vp-p
Ø  Kalibrasi awal sebelum Osiloskop digunakan.
20
Ground
Ø  Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layer, ground Osiloskop yang dihubungkan dengan ground yang diukur.
21
CH2 ( input Y )
Ø  Untuk memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau pembacaan Vertikal.
Ø  Jika signal yang diukur menggunakan CH 2, maka posisi switch pada CH 2 dan berkas yang nampak pada layar hanya satu.


B. Fungsi Osiloskop  Secara Umum
Secara umum osiloskop berfungsi untuk menganalisa tingkah laku besaran yang berubah-ubah terhadap waktu yang ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal yang sedang diamati. Dengan Osiloskop maka kita dapat mengetahui berapa frekuensi, periode dan tegangan dari sinyal. Dengan sedikit penyetelan kita juga bisa mengetahui beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran. Ada beberapa kegunaan osiloskop lainnya, yaitu:
·         Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.
·         Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
·         Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik.
·         Membedakan arus AC dengan arus DC.
·         Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu.
Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar.
Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat dua sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran.
Ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan diperlihatkan pada layar monitor osiloskop, yaitu:
1.      Gelombang sinusoida
2.      Gelombang blok
3.      Gelombang gigi gergaji
4.      Gelombang segitiga.
Untuk dapat menggunakan osiloskop, harus bisa memahami tombol-tombol yang ada pada pesawat perangkat ini, seperti telah diutarakan diatas.
Secara umum osiloskop hanya untuk circuit osilator ( VCO ) disemua perangkat yg menggunakan rangkaian VCO. Walau sudah berpengalaman dalam hal menggunakan osiloskop, kita harus mempelajari tombol instruksi dari pabrik yg mengeluarkan alat itu. Cara menghitung frequency tiap detik. Dengan rumus sbb ; F = 1/T, dimana F = freq dan T = waktu. Untuk menggunakan osiloskop haruslah berhati-hati, bila terjadi kesalahan sangat fatal akibatnya.

C. Prinsip Kerja Osiloskop
Prinsip kerja osiloskop yaitu menggunakan layar katoda. Dalam osiloskop terdapat tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atau Cathode Ray Tube (CRT). Secara prinsip kerjanya ada dua tipe osiloskop, yakni tipe analog (ART - analog real time oscilloscope) dan tipe digital (DSO-digital storage osciloscope), masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para insinyur, teknisi maupun praktisi yang bekerja di laboratorium perlu mencermati karakter masing-masing agar dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang sebaiknya digunakan dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian elektronik yang sedang diperiksa atau diuji kinerjanya.
1.      Osiloskop Analog
Osiloskop analog menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan berkas electron dalam tabung sesuai bentuk gambar yang diukur. Pada layar osiloskop langsung ditampilkan bentuk gelombang tersebut.
Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik dengan melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam sebuah tabung sinar katoda (CRT -cathode ray tube) dari kiri ke kanan.
Osiloskop analog pada prinsipnya memiliki keunggulan seperti; harganya relatif lebih murah daripada osiloskop digital, sifatnya yang realtime dan pengaturannya yang mudah dilakukan karena tidak ada tundaan antara gelombang yang sedang dilihat dengan peragaan di layar, serta mampu meragakan bentuk yang lebih baik seperti yang diharapkan untuk melihat gelombang-gelombang yang kompleks, misalnya sinyal video di TV dan sinyal RF yang dimodulasi amplitudo. Keterbatasanya adalah tidak dapat menangkap bagian gelombang sebelum terjadinya event picu serta adanya kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang yang frekuensinya rendah (sekitar 10-20 Hz). Keterbatasan osiloskop analog tersebut dapat diatasi oleh osiloskop digital. Sebagai contoh keseluruhan bidang skala pada Gambar 3 dapat ditutup semua menjadi daerah yang dapat dilihat oleh mata, misalnya dengan DSO dari Hewlett-Packard HP 54600. Pada gambar ditunjukkan diagram blok sederhana suatu osiloskop analog.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5FhkpUu5qbkJv_tCkAD-X29ZRKHKKhCt5YEHiyeRQZzHexKqXfPwO9IwSuWzG-TpO4k36OVTdPhEbm6qG7Gg9Tgag3r6PX2mswtMm83D-XPshuIuSg1vhFA0vHbF9zZH3BDbWe69vTd69/s320/Untitled1.jpg

2. Osiloskop Digital
Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang yang diukur dan dengan menggunakan ADC (Analog to Digital Converter) untuk mengubah besaran tegangan yang dicuplik menjadi besaran digital.
Dalam osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu disampling (dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama dengan skala waktu gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya mencuplik dan menyimpan demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang proses ini lagi dan lagi sampai dihentikan. Beberapa DSO memungkinkan untuk memilih jumlah cuplikan yang disimpan dalam memori per akuisisi (pengambilan) gelombang yang akan diukur.
Osiloskop digital memberikan kemampuan ekstensif, kemudahan tugas-tugas akuisisi gelombang dan pengukurannya. Penyimpanan gelombang membantu para insinyur dan teknisi dapat menangkap dan menganalisa aktivitas sinyal yang penting. Jika kemampuan teknik pemicuannya tinggi secara efisien dapat menemukan adanya keanehan atau kondisi-kondisi khusus dari gelombang yang sedang diukur. 

D. Cara  Penggunaan Osiloskop
Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop perlu disetel dulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Langkah awal pemakaian yaitu pengkalibrasian. Yang pertama kali harus muncul di layar adalah garis lurus mendatar jika tidak ada sinyal masukan. Yang perlu disetel adalah fokus, intensitas, kemiringan, x position, dan y position. Dengan menggunakan tegangan referensi yang terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan pengkalibrasian sederhana. Ada dua tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz. Setelah probe dikalibrasi maka dengan menempelkan probe pada terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar. Jika yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu kotak vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke puncak sebanyak dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div (satu kotak horizontal mewakili waktu 1 ms) harus terdapat satu gelombang untuk satu kotak. Jika masih belum tepat maka perlu disetel dengan potensio yang terdapat di tengah-tengah knob pengganti Volt/div dan time/div. Atau kalau pada gambar osiloskop diatas berupa potensio dengan label "var".
Pada saat menggunakan osiloskop juga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan (digroundkan), disamping untuk kemanan, hal ini juga untuk mengurangi suara dari frekuensi radio atau jala-jala.
2.      Memastikan probe dalam keadaan baik.
3.      Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.
4.      Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol Volt/Div pada posisi tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup besar, gunakan skala Volt/Div yang besar. Jika sulit memperkirakan besarnya tegangan masukan, gunakan attenuator 10 x (peredam sinyal) pada probe atau skala Volt/Div dipasang pada posisi paling besar.
5.      Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal masukan.
6.      Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran yang stabil.
7.      Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.
8.      Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang.

E. Pengukuran Dengan Menggunakan Osiloskop

Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Pada kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan bagaimana sinyal berubah terhadap waktu. Seperti yang bisa anda lihat pada gambar di bawah ini ditunjukkan bahwa pada sumbu vertical (Y) merepresentasikan tegangan V, pada sumbu horisontal(X) menunjukkan besaran waktu t.
Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal dan 10 kotak dalam arah horizontal. Tiap kotak dibuat skala yang lebih kecil. Sejumlah tombol pada osiloskop digunakan untuk mengubah nilai skala-skala tersebut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEja1SM0h8eGMita5E6keo7TZGwMWnLGrfcqS6jpTGHsaQiU3erldYN-_M06IwaV-DB4OcsVmjobTnfNKn6Nok6lFsK_Oi4qCS55R4-I2VChGSOgTybrPd7k-zAF4AGlIbIpUH_GQMKNgUwq/s320/Untitled2.jpg

Osiloskop 'Dual Trace' dapat memperagakan dua buah sinyal sekaligus pada saat yang sama. Cara ini biasanya digunakan untuk melihat bentuk sinyal pada dua tempat yang berbeda dalam suatu rangkaian elektronik.
Kadang-kadang sinyal osiloskop juga dinyatakan dengan 3 dimensi. Sumbu vertikal(Y) merepresentasikan tegangan V dan sumbu horisontal(X) menunjukkan besaran waktu t. Tambahan sumbu Z merepresentasikan intensitas tampilan osiloskop. Tetapi bagian ini biasanya diabaikan karena tidak dibutuhkan dalam pengukuran.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi88XQdqO0fSXYMKlSjpUUYHAUKMy8XyJFq0cHNK2NdIhKmaq-ic7OqZnLSwDBlAiFTglMd6bGzJuqyUIf7lm_g2iNGkCF4YmJMEaVG1Tu_z5aVdmg4L_ABudqx03agiIcuxLVo-naktW67/s320/Untitled3.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwZ-RSSfX5ZAArneUzMzChPRA-yf20teMptHzj2A-zNMULePE_w2IO3Rt8pLAZqGj2S-A6uCpyX8ir9g8wieWXhWLb9F1U6pAXoiSH7az3_PwIh4OyhADzNuxhpcK0Px4z-gonybMTsPUm/s320/Untitled4.jpg