VSWR (Volt Standing Wave Ratio) pada Transmisi Daya RF
T6VSWR (Volt Standing Wave Ratio) pada Saluran
Transmisi Daya RF. Bila impedansi beban tidak sesuai dengan impedansi saluran
transmisi, maka sebagian dari energi gelombang yang datang pada beban akan dipantulkan.
Hal tersebut menimbulkan suatu gelombang pantulan yang berjalan kembali di
sepanjang saluran transmini ke arah sumbernya.
Begitu
juga apabila impedansi sumber tidak sesuai dengan impedansi saluran, maka
pantulan selanjutnya dari gelombang yang sebelumnya terpantul dari beban akan
terjadi. Dengan demikian pantulan-pantulan majemuk dapat ditimbulkan baik pada
beban maupun pada sumber gelombang.
Efek
keseluruhan dari peristiwa tersebut dapat diperlakukan sebagai resultan dari
suatu gelombang datang dan gelombang pantulan tunggal. Gelombang-gelombang
tersebut bila dilihat dari posisinya merupakan tegangan diam (untuk frekuensi
dan sinyal masukan tetap) dan karena itulah disebut dengan Gelombang Berdiri
Tegangan (Voltage Standing Wave = VSW).
Pada
setiap gelombang berdiri tegangan akan terjadi juga arus karena yang
disalurkan dari sumber menuju beban melalui saluran transmisi pada prinsipnya
adalah daya RF. Dengan demikian apabila impedansi saluran transmisi tidak
sesuai dengan impedansi beban maka akan timbul pantulan daya (Reflected
Power) pada saluran transmisi. Pantulan daya ini selanjutnya akan
berinterferensi dengan daya yang menuju beban (Forward Power) atau daya
maju dan menghasilkan gelombang tegangan berdiri seperti gambar (Voltage
Standing Wave) di atas.
Pantulan
Daya (Reflected Power) ini pada nilai-nilai yang ekstrim (VSWR >2,0)
merupakan kondisi yang dianggap berbahaya dan selalu dihindari karena akan
berpengaruh langsung pada penambahan Desipasi Daya pada Komponen Utama pada
Penguat Akhir RF dan berpotensi merusaknya.
Selanjutnya
Perbandingan Gelombang Berdiri Tegangan (Voltage Standing Wave Ratio =
VSWR) sesuai gambar di atas dapat didefinisikan sebagai
Tegangan
maju adalah tegangan berasal dari sumber (transmitter) menuju beban (antenna)
sedangkan tegangan mundur adalah tegangan pantul dari beban (antenna).
Untuk
nilai-nilai yang berhubungan dengan Impedansi Beban dan Impedansi
Saluran Transmisi, nilai VSWR adalah :
Misal,
diketahui Impedansi Beban (antenna) adalah 75 Ohm dan Impedansi
Saluran Transmisi 50 Ohm, maka nilai VSWR :
Koefisien
Pantulan Tegangan pada Beban
Koefisien
Pantulan Tegangan pada Beban dapat didefinisikan sebagai Perbandingan
Tegangan Pantulan terhadap Tegangan Datang yang terjadi pada Beban atau Perbandingan
Arus Pantulan terhadap Arus yang Datang pada Beban.
Dengan
mengetahui nilai VSWR, dapat juga diketahui koefisien pantulan tegangan pada
beban :
Pada
saluran transmisi, gelombang arus datang akan selalu sefasa dengan gelombang
tegangan datang. Sedangkan gelombang arus pantulan akan selalu berlawanan fasa
dengan gelombang tegangan pantulan. Hal ini terjadi karena salah satu dari
medan listrik atau medan magnet dari gelombang harus berbalik arah. Dengan
demikian maka maksimal arus selalu berpasangan dengan minimal tegangan dan
maksimal tegangan selalu berpasangan dengan minimal arus. Berikut ini kondisi
RF pada saluran transmisi untuk berbagai kondisi Impedansi Beban terhadap
Impedansi Saluran Transmisi :
Dari
persamaan-persamaan di atas, ini berarti bahwa VSWR dapat mempunyai nilai satu
sampai tak berhingga ;
Yang
perlu diperhatikan bahwa VSWR adalah selalu suatu bilangan nyata –> yaitu
bilangan yang tidak mempunyai bagian khayal. Nilai VSWR yang ideal seharusnya
adalah satu, karena ini merepresentasikan suatu keadaan yang disesuaikan (matched),
dan pengaturan-pengaturan praktis pada saluran transmisi RF yang sering
ditujukan untuk membuat VSWR yang minimum. Apabila Nilai VSWR sama dengan satu atau sangat mendekati satu
dapat terpenuhi, maka suatu sistem transmisi daya RF dapat dianggap telah
memenuhi persyaratan Optimalisasi dan Efisiensi Transmisi Daya RF.
SWR Meter
Standing Wave Ratio
Standing wave ratio disingkat SWR
kadang-kadang disingkat dengan nama VSWR (Voltage Standing Wave Ratio). Bila
impedansi saluran transmisi tidak sesuai dengan transceiver maka akan timbul
daya refleksi (reflected power) pada saluran yang berinterferensi dengan daya
maju (forward power). Interferensi ini menghasilkan gelombang berdiri (standing
wave) yang besarnya tergantung pada besarnya daya refleksi.
VSWR didefinisikan sebagai
perbandingan tegangan maksimum dan tegangan minimum gelombang berdiri pada
saluran transmisi :
VSWR =
Daftar Komponen
D1,D2 = 1N34, 1N60 (dioda germanium)
C1,C2 = 0,001 uF keramik
VR1 = 100 ohm trimpot
VR2 = 50 Kohm potensio
C3 = 0,001 uF
J1,J2 = konektor , PL259
M1 = 0 – 1 mA linear
S1 = single pole, toggle switch
L = kabel koaxial RG 58 A/U panjang 9,5cm
D1,D2 = 1N34, 1N60 (dioda germanium)
C1,C2 = 0,001 uF keramik
VR1 = 100 ohm trimpot
VR2 = 50 Kohm potensio
C3 = 0,001 uF
J1,J2 = konektor , PL259
M1 = 0 – 1 mA linear
S1 = single pole, toggle switch
L = kabel koaxial RG 58 A/U panjang 9,5cm
Konstruksi
SWR dapat dinyatakan sebagai berikut :
SWR dapat dinyatakan sebagai berikut :
Vf adalah tegangan maju
ke antena (forward)
Vr adalah tegangan pantul dari antena (reflected)
Vr adalah tegangan pantul dari antena (reflected)
Rangkaian SWR meter dapat dilihat
pada gambar 1.
Konstruksi cukup sederhana, tetapi
dapat diandalkan dan dapat dibuat dengan komponen yang banyak terdapat di
pasaran. Komponen utamanya adalah kabel koaxial yang sesuai dengan saluran
transmisi (RG 58 A/U, impedansi 50 ohm).
Potonglah kabel koaxial sepanjang
3,75 inch (2,54 %
3,75 = 9,5 cm) lalu ujungnya dikupas sepanjang 1/8 inch. Tepat di
tengah-tengah, koaxial dikerat dengan pisau yang tajam atau cutter. Kupaslah
konduktor luar yang berupa anyaman. Lalu isolator dikerat sehingga koduktor dalam
terlihat. Kemudian solderkan konduktor dalam dengan 100 ohm trimpot melalui
sepotong kawat kecil. Tahanan ini nantinya diatur sehingga sama dengan
impedansi saluran. Jagalah agar konduktor dalam dan luar tidak terhubung
singkat (diisolasi dengan cellotape). Selanjutnya ujung-ujung koaxial bagian
luar disolder pada bagian tengah kedua konektor.
Salah satu komponen yang kritis
adalah meter. Untuk ini dipakai 0 – 1 mA linier, tetapi skalanya dikalibrasikan
terhadap skala SWR. Letak variabel resistor trimpot harus di tengah-tengah
koaxial. Ini menentukan kesetimbangan titik nol.
Tegangan maju yang berupa titik
imbas disearahkan oleh D1 dan melalui Low Pass Filter C1 yang kemudian
dideteksi M1. Sedangkan tegangan pantul akan melalui D2 dan C2. Berilah tanda FWD
dan REF pada saklar S1, ANT, dan TX pada konektor yang sesuai.
Kalibrasi
- Hubungan SWR meter diantara TX dan antena atau dummy load pada konektor yang sesuai (TX ke pesawat, ANT ke antena).
- Letakkan saklar S1 pada posisi FWD. Hidupkan pesawat TX. Jarum akan menunjuk ke suatu angka. Aturlah VR2 sehingga jarum mencapai skala maksimum.
- Ubah saklar pada REF. Jarum akan menunjuk ke suatu angka (misal 1,5).
- Balikkan posisi SWR meter. TX ke antena dan pesawat ke ANT. Ulangi prosedur 2 dan 3. Jarum harus menunjuk angka yang sama (misal 1,5).
- Bila prosedur 4 tidak tercapai putar trimpot VR1. Bila hal ini tidak menolong berarti VR1 sedikit ke kiri atau ke kanan.
- Ulangi prosedur 1 sampai 5 berulang-ulang sampai penunjukan meter sama.
Pengukuran SWR
Kadang-kadang SWR meter tidak
menunjukkan harga standing wave ratio yang sebenarnya, terutama bila SWR jauh
dari 1 : 1. Ini akibat rugi-rugi pada saluran transmisi. Hal ini dapat dilihat
pada gambar 2.
SWR meter diletakkan dekat pemancar.
Misalkan tegangan maksimum yang keluar dari TX adalah 10 volt. Karena rugi-rugi
saluran, tegangan yang sampai di antena adalah 9 volt. Tegangan pantul dari
antena 3 volt. Tegangan ini disalurkan ke TX yang juga mengalami redaman.
Sampai di TX tinggal 2,7 volt. SWR yang terbaca :
Namun bila SWR diletakkan di dekat
antena, SWR yang terbaca adalah :
Ternyata kedua pengukuran berbeda.
Hasil yang benar adalah 1 : 2,0. Jadi bila SWR meter diletakkan dekat TX SWR
yang sesungguhnya lebih besar daripada yang terukur. Kesalahan akan bertambah
besar bila saluran transmisinya panjang. Dalam praktek cara pertama boleh
dipakai bila SWR menunjukkan rendah (SWR 1 : 1,1) karena penambahannya sedikit.
Tetapi bila penunjukan 1 : 1,0 atau lebih segeralah pindahkan SWR meter ke
dekat antena agar penunjukannya tidak terlalu banyak meleset. Apalagi bila
koaxialnya panjang sekali (20 meter atau lebih) atur kembali matching antena
anda. Selamat bereksperimen.
Gambar 1
Gambar 2
Cara Menggunakan SWR Meter
1. Atus posisi potensiometer forward
dan reverse pada posisi maksimum.
2. Pasang antenna anda pada jack
yang disediakan.
3. Pasang Transmitter dengan power
secukupnya untuk membuat jarum forward mendefleksi secara penuh (5 Watt sudah
cukup), dengan modulasi AM, FM atau CW.
4. Amati defleksi pada jarum
reverse. Secara kasar korelasi antara jarum forward dan reverse dengan SWR
adalah sebagai berikut:
SWR Tabel
5. SWR meter ini aman digunakan
untuk QSO walaupun tetap terpasang pada saluran transmisi, namun ada RF power
yang hilang beberapa dB dalam rangkaian directional coupler dan loss connector,
namun kita dapat terus mengamati SWR kita sambil QSO.
6. Pastikan SWR < 2, untuk
keamanan pesawat anda, daya pancar yang tidak optimum, kemungkinan
interferensi, dll.
No comments:
Post a Comment